Conservative, Pragmatic, and Progressive Ulama: Religion-Based Gender Ideology and Intimate Partner Violence in Indonesia (Study at Jakarta Province, Central Java Province and Jogjakarta Province)

Authors

  • Anisia Masyhadi Universitas Indonesia, Indonesia; Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
  • Elizabeth Kristi Poerwandari Universitas Indonesia
  • Mirra Noor Milla Universitas Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.18326/ijims.v15i1.175-200

Keywords:

intimate partner violence, gender ideology, violence and religion, Muslim religious leaders in Indonesia

Abstract

Religious beliefs can shape personal values and behaviors, and in some contexts, certain interpretations or practices may be associated with increased risk of intimate partner violence (IPV), particularly against women. This study explores how Muslim religious leaders interpret and represent religion in the context of IPV. The research is based on qualitative data collected through focus group discussions (FGDs) with 12 Muslim religious leaders from Jakarta, Central Java, and Yogyakarta Provinces. The participants were divided into three groups, and the discussions aimed to understand their perspectives on IPV and gender roles. The findings reveal diverse interpretations of religious teachings, leading to varied attitudes toward IPV. Based on their views, the religious leaders were categorized into three typologies: conservative, pragmatic, and progressive. The conservative group upheld traditional gender norms and showed limited advocacy for female victims. The pragmatic group expressed more egalitarian views but demonstrated tolerance toward some forms of violence, indicating passive stances. In contrast, the progressive group contextualized Islamic teachings in a gender-equitable way and strongly opposed any form of IPV, actively supporting victims. The study found that most participants belonged to the conservative and pragmatic categories, suggesting that religious interpretations may reinforce IPV risk. These findings highlight the subjective nature of religious interpretations and the need for promoting progressive religious values. Strengthening such values may help reposition religion as a protective factor rather than a risk factor in cases of IPV.

 

Keyakinan agama dapat membentuk nilai-nilai dan perilaku pribadi, dan dalam beberapa konteks, interpretasi atau praktik tertentu dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kekerasan pasangan intim (IPV), khususnya terhadap wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana para pemuka agama Islam merepresentasikan ajaran agama dalam konteks kekerasan dalam hubungan intim. Data diperoleh melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) yang melibatkan 12 pemuka agama Islam dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Peserta dibagi ke dalam tiga kelompok FGD untuk menggali pandangan mereka terkait kekerasan dan peran gender. Hasil penelitian menunjukkan adanya keragaman dalam penafsiran ajaran agama yang berimplikasi pada sikap mereka terhadap kasus IPV. Berdasarkan pandangan mereka, para pemuka agama diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok: konservatif, pragmatis, dan progresif. Kelompok konservatif cenderung mempertahankan norma gender tradisional dan menunjukkan dukungan yang rendah terhadap korban perempuan. Kelompok pragmatis memiliki pandangan yang lebih egaliter, namun masih menunjukkan toleransi terhadap kekerasan, dengan sikap yang kurang tegas. Sementara itu, kelompok progresif menafsirkan ajaran Islam secara kontekstual dan egaliter, serta menolak kekerasan dalam bentuk apa pun dan mendukung korban secara aktif. Mayoritas peserta termasuk dalam kategori konservatif dan pragmatis, menunjukkan bahwa agama dapat menjadi faktor risiko dalam kasus IPV. Temuan ini menegaskan pentingnya mendorong nilai-nilai progresif dalam agama agar agama dapat berfungsi sebagai faktor pelindung bagi korban kekerasan.

Downloads

Published

2025-07-03

How to Cite

Masyhadi, A., Poerwandari, E. K., & Milla, M. N. (2025). Conservative, Pragmatic, and Progressive Ulama: Religion-Based Gender Ideology and Intimate Partner Violence in Indonesia (Study at Jakarta Province, Central Java Province and Jogjakarta Province). Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 15(1), 175–200. https://doi.org/10.18326/ijims.v15i1.175-200